Bandar Seri
Begawan (ANTARA News) - Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic
Community akan berlaku pada 2015.
Tidak lebih dari dua tahun lagi pergerakan barang, modal, jasa,
investasi dan orang yang telah disepakati akan bebas keluar masuk di antara
negara anggota ASEAN, alias tanpa hambatan baik tarif maupun nontarif.
Ini tantangan sekaligus peluang. Peluang, karena produk-produk kita akan
mendapat pasar di kawasan ASEAN. Populasi ASEAN pada 2012 mencapai 617,68 juta
jiwa dengan pendapatan domestik bruto 2,1 triliun dolar AS. Jumlah itu
menunjukkan potensi besar ASEAN untuk digarap oleh investor.
Namun juga menjadi tantangan, karena jika kita tidak siap maka justru
produk dari negara ASEAN lainnya yang akan menyerbu Indonesia.
Saat ini pun, banyak produk impor yang masuk ke Indonesia. Ada keraguan
memang apakah Indonesia akan siap.
Keraguan akan kemampuan Indonesia antara lain disampaikan Ketua Bidang
Organisasi Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Edy Suandi Hamid.
Ia mengatakan Indonesia belum siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN
2015. "Hal itu disebabkan daya saing ekonomi nasional dan daerah belum
siap," kata Edy.
Kepala Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies
Yose Rizal Damuri menilai Indonesia perlu membahas strategi dalam menghadapi
MEA seperti peningkatan daya saing dalam berbagai bidang.
"Banyak masalah yang harus dibahas terlebih dahulu, misalnya
saat ini biaya logistik masih mahal sehingga menjadi pertanyaan apakah
Indonesia bisa meraup keuntungan," kata Yose Rizal.
Selain itu pemerintah juga harus mempersiapkan secara matang
infrastruktur, tenaga kerja dan iklim bisnis dalam negeri.
Dia mengatakan diperlukan peraturan yang mendukung dunia usaha seperti
membuat aturan untuk mempermudah seseorang untuk mendirikan usaha di
Indonesia.
Sementara Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan
Wanandi mengatakan pemerintah harus menentukan bidang apa yang menjadi andalan
Indonesia menghadapi MEA.
Menurut dia, selama ini Indonesia tidak tahu sektor mana yang akan
dibebaskan pada asing dan dikelola sendiri secara maksimal.
Editor: Aditia Maruli