Gunadarma BAAK News

Senin, 31 Oktober 2011

manusia dan cinta kasih

manusia dan cinta kasih, merupakan salah satu tema ajar dari mata kuliah ilmu budaya dasar yang saya dan temantemin semua terima. manusia dan cinta kasih memang erat sekali kaitannya. manusia tidak dapat hidup sempurna tanpa cinta kasih. bagaimana bisa manusia hidup tanpa cinta kasih? sudah terbukti bahwa hal tersebut mustahil, bukti paling dasar adalah bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendirian.
kalaupun ada diantara kita manusia yang tidak memiliki rasa atau kurang peka terhadap lingkungan sekitar ataupun orang yang memiliki sifat begitu dingin pastilah tetap ia membutuhkan orang lain disekitarnya. walaupun mungkin ada orang yang seperti itu, ia tidak akan merasakan kelengkapan yang sempurna dalam hidupnya.
masih banyak disekitar kita orang-orang yang kurang diberikan kasih sayang. banyak hal yang menyebabkan itu semua terjadi, bisa saja latar belakang dari mereka yang kurang menyenangkan hati. salah satu contoh kasusnya adalah anak dari keluarga yang tidak utuh atau broken home. mungkin dia masih memiliki hal-hal yang berkaitan dengan duniawi untuk bisa mencukupi hidup mereka. namun dalam hati nya yang terdalam, kerap kali mereka yang berada di posisi demikian merasa kesepian dan kurang perhatian akibat dari orang tuanya yang sibuk dengan masalah tersebut dan sibuk dengan urusan masing-masing. kurang beruntung memang banyak orang mengatakan bagi mereka yang mengalami hal tersebut. banyak diantaranya yang tidak kuat menghadapi semua permasalahan tersebut dan melmpiaskannya ke dalam hal-hal yang diluar kendali. misalkan saja narkoba, alkohol, dll. orang-orang yang demikianlah yang kurang merasakan bagaimana cinta kasih itu dan kurang direngkuh oleh perhatian orang-orang sekitar.
dari contoh kasus tersebut, bisa kita ambil kesimpulan bahwa mereka perlu direngkuh oleh orang-orang sekitarnya juga, supaya tetap bisa menjalani hidupnya walaupun dalam kondisi yang kurang lengkap tersebut.
hal diatas hanyalah satu dari sekian banyak contoh yang bisa saya berikan berkaitan dengan manusia dan cinta kasih. bagaimana manusia begitu membutuhkan cinta kasih tersebut. cinta kasih hanya dapat dirasakan, dalam hati mereka yang diberikan cinta kasih oleh orang-orang terdekatnya. cinta kasih tidak dapat dilihat oleh mata telanjang, hanya bisa dinikmati bagi yang empunya hati yang terbuka.
bagi kita yang sekarang ini merasa sudah diberikan banyak rasa cinta kasih dari orang-orang terdekat maka berbahagialah. karena ternyata diluar sana masih banyak yang tidak dapat menikmati hal tersebut. bagikanlah rasa cinta kasih tersebut terhadap orang lain. apabila kita mampu menshare rasa tersebut kepada orang lain, maka berarti kita sudah menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk menyampaikan cinta kasih terhadap sesama kita manusia.
begitu banyak perihal, konsep, contoh kasus yang berkaitan dengan cinta kasih yang berada di sekeliling kita. maka dari itu, sudah seharusnya kita mengerti benar tentang hal tersebut. membagikannya pada orang lain disekitar kita.
cinta kasih pertama yang harus dibagian adalah kepada keluarga inti kita masing-masing. apabila kedalam keluarga kita sudah beres dengan hal tersebut, dan bisa mengolahnya dengan baik maka saya yakin bahwa keluar dari itupun kta pasti bisa menjadi manusia yang baik pula berkaitan dengan cinta kasih. karena alasan yang paling mendasar adalah ketika keluarga sudah beres dengan urusan cinta kasih, maka jarang sekali ada luka batin yang dirasakan oleh individu dalam keluarga tersebut.
dari situ maka individu tersebut cenderung berhati damai dan tidak ingin melakukan tindakan aneh yang bertentangan dengan hukum cinta kasih.
maka dari sekarang besarkanlah pengertian dan implikasi yang lebih luas lagi terhadap sesama kita. dan tetap semangat menjalani hidup dengan penuh cinta kasih :)

Jumat, 28 Oktober 2011

Pengantar Bisnis _ Manajeman Sukses

PABRIK TAHU DAN TEMPE

Tahu dan tempe adalah makanan tradisional yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Tidak heran jika banyak industri rumah tangga yang mengolah kedelai menjadi tahu dan tempe banyak dijumpai di sekitar kita. Dalam hal ini kami akan membahas bagaimana suatu pabrik tahu dan tempe dapat mengolah bahan baku secara efektif dan efisien sehingga penggunaannya dapat secara maksimal dan hanya menyisakan sedikit limbah. Bagaimana suatu pabrik tahu dan tempe bisa secara kreatif mengolah limbahnya supaya dapat menghasilkan nilai jual yang lebih lagi.
Kita tahu bahwa pabrik tahu dan tempe pada umumnya merupakan pabrik yang hanya dalam skala kecil sampai menengah. Jadi wajar apabila banyak diantara mereka yang tidak menggunakan teknologi untuk dapat mengolah limbah. Namun karena banyaknya limbah yang dikeluarkan dan pabrik sendiri rata-rata berada di kawasan perumahan penduduk, maka diperlukan sebuah penganganan akan limbah tersebut.
Umumnya sebuah pabrik tahu dan tempe hanya membutuhkan dua hal bahan pokok atau utama yang diperlukan dalam proses produksi. Bahan tersebut adalah kedelai dan air mineral. Sisanya adalah bahan pendukung supaya kedelai dapat terbentuk menjadi tahu dan tempe. Bahan tersebut berupa tepung ragi, cairan pengental (untuk susu kedelai), juga bahan lainnya untuk fermentasi.
Pada proses produksi pertama input untuk produksinya adalah bahan-bahan dasar pembuatan seperti kedelai juga air dan bahan pendukung lainnya. Kemudian menghasilkan output berupa tahu dan juga tempe. Namun, apabila bahan produksi hanya digunakan untuk membuat dua produk tersebut, limbah yang dihasilkan masih sangat banyak. Misalkan dari tempe, masih menghasilkan limbah cair dari air bekas pencucian kedelai juga terdapat ampas yang dihasilkan dari sisa pembuatan tempe. Tahu sendiri dari proses pembuatan juga menyisakan banyak limbah, seperti limbah cair dari air untuk mencuci kedelai juga terdapat ampas tahunya. Khusus tahu dia memerlukan air jauh lebih banyak lagi, karena yang digunakan untuk membuat tahu bukanlah kedelai kasarnya namun yang dibutuhkan adalah susu kedelainya atau sari kedelai yang nantinya akan dikentalkan. Apabila limbah tersebut tidak diolah maka akan menimbulkan polusi air, bau tidak sedap, meningkatkan pertumbuhan nyamuk, sumber penyakit, dan akan menurunkan estetika sekitar tempat tinggal penduduk.
Maka dari itu limbah tersebut, diolah lagi secara kreatif oleh para produsen tahu dan tempe supaya dapat menghasilkan nilai jual lebih dan juga mengurangi resiko tercemarnya lingkungan oleh limbah. Ternyata banyak juga cara kreatif untuk dapat mengurangi limbah tersebut. Antara lain adalah memanfaatkan ampas yang banyak disisakan dari pembuatan tahu. Pertama dari sisa ampas produsen dapat membuatnya menjadi oncom. Makanan yang juga banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Yang kedua dari ampas tahu produsen juga dapat menghasilkan atau memproduksi tahu gembus, yang merupakan percampuran dari ampas tahu dengan laru tempe yang kemudian diolah menjadi tempe gembus.
Tidak hanya dua produk tersebut yang bisa dihasilkan, yang ketiga produsen juga bisa menghasilkan kecap dari ampas tahu tersebut. Cara kreatif yang sangat menghasilkan nilai jual, kecap dari ampas tahu tersebut dibentuk dalam berbagai macam kemasan yang kemudian dapat menghasilkan nilai jual yang tinggi. Bahan-bahan tambahan untuk memproduksi kecap tersebut juga relatif murah dan mudah untuk didapat oleh produsen. Bahan tersebut antara lain adalah garam, bumbu dapur dan tepung tapioka. Hanya dengan bahan-bahan tersebut produsen sudah dapat menghasilkan kecap dari ampas tahu.
Masih ada lagi, yang keempat adalah produk yang banyak digemari oleh masyarakat juga. Produsen bisa mengolah ampas tahu menjadi kerupuk. Cara kreatif lainnya untuk dapat mengolah limbah supaya memiliki nilai jual yang tinggi. Ampas tahu dapat diolah dengan mudah untuk menjadi kerupuk. Hanya dengan menambahkan bahan-bahan tambahan sederhana yang harganya relatif murah dan mudah untuk didapat. Bahan untuk mengolah ampas tahu menjadi kerupuk antara lain adalah tepung tapioka, garam, bawang putih, merica, udang saih kering, dan monosodium glutamat. Dengan bahan-bahan tersebut produsen sudah bisa mencipta satu produk lagi dari ampas tahu tersebut.
Seperti yang kami bahas sebelumnya, limbah yang dihasilkan dari produksi tahu dan tempe tidak hanya berupa limbah kering seperti ampas tahu. Namun dari produksi keduanya juga menghasilkan limbah cair yang merupakan hasil dari air bekas pencucian kedelai dan air buangan selama proses produksi berlangsung.
Sisa air tersebut diproses lagi oleh produsen sehingga juga dapat menghasikan sesuatu yang bermanfaat juga. Limbah cair tersebut diolah oleh produsen untuk dijadikan biogas. Pada dasarnya bahan utama yang ada dalam limbah cair tersebut adalah biogas, maka dari itu, bahan tersebut diolah sedemikian sehingga dapat dipisahkan dari bahan-bahan lain yang ada dalam limbah cair yang tidak berhubungan dengan biogas tersebut. Biogas nantinya dapat digunakan oleh produsen sebagai bahan bakar produksi. Sehingga produsen dapat melakukan penghematan bahan bakar produksi dengan adanya biogas yang berasal dari limbah cair tersebut.
Dari banyak hal yang telah dilakukan diatas yaitu mengolah limbah yang berupa ampas menjadi produk seperti oncom, tahu gembus, kecap, dan kerupuk sudah sangat mengurangi limbah buangan dan mempertinggi keuntungan perusahaan. Untuk limbah cair juga demikian, ketika diolah dan mengasilkan biogas yang utuh limbah cair tersebut dapat dirasakan manfaatnya oleh pabrik dan produsen.
Sisa dari ampas yang benar-benar tidak bisa diolah hanya tinggal sedikit, sisa tersebut tidak dibuang percuma, namun bisa digunakan untuk pakan ternak. Untuk sisa dari limbah cair pabrik tetap harus bertanggung jawab terhadap limbah tersebut, harus diolah sehingga menjadi cairan yang tidak berbahaya apabila bercampur dengan air sekitar tempat tinggal penduduk. Dari apa yang kelompok kami bahas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sisa limbah setelah diolah secara kreatif benar-benar tinggal sedikit dan pabrik pun mendapat keuntungan yang sangat banyak dari cara kreatif tersebut.

nama anggota:
1. Ceilly Angela P.A.
2. Hedwig Ajeng Grahani
3. Ayu Lestari
4. Puti Rahmadhani Ambun Suri
5. Yanuar

Minggu, 23 Oktober 2011

Berbagi Cinta














Hedwig Ajeng Grahani feeding a disowned pup at the Pondok Pengayom Satwa animal shelter in South Jakarta. (JG Photo/Ismira Lutfia)


For the Dogs: Volunteers at S. Jakarta Animal Shelter Find Playtime Is Vital
Ismira Lutfia | August 19, 2011

If the canine and feline residents at the Pondok Pengayom Satwa Jakarta animal shelter in Ragunan could speak, they would have no problem identifying their Independence Day heroes: The handful of volunteers who spend their free time caring for them.

For 17-year-old Hedwig Ajeng Grahani, or Ajeng to her friends, feeding bottled milk to an abandoned two-week-old, mixed-breed puppy is just one daily task in a long list she shares with two other young volunteers, Joyo Santyo and Vicky Victoria.

Ajeng has been volunteering for the past two years at the shelter where she grooms and feeds the dogs, cleans their cages and nurses them back to health. Sometimes, her job is simply to play with her four-legged friends, giving them the human affection and socialization skills they so badly need.

PPS veterinarian Hadi Wibowo said about 100 dogs of various breeds and 100 cats had been provided with a safe haven in the leafy compound near Ragunan Zoo in South Jakarta.

Among the longtime residents of the shelter is three-legged Coki, who faithfully greets arriving visitors at the main door, and Burik, a mixed-breed dog admitted to the shelter in 2002 with severe burns suffered in a vicious attack after he strayed from his owner’s home.

The PPS, Hadi said, had a waiting list with about 100 dogs lined up for admission, their owners having decided to disown them. Cats were luckier. Most were taken in because they were generally still young when they arrived, many dumped at the shelter’s doors in cardboard boxes.

“Some dump their pets because they can no longer take care of the ailing or aged ones,” Hadi said. “There are also parents who give away their child’s dog because the child has left home for college.”

But for Ajeng, the number of dogs and cats at the shelter gives her a productive way to spend her school holidays.

Ajeng, who just graduated from high school and is on a break before starting college next month, has stepped up her normally once-a-week volunteer routine to spend more time with her animal friends.

“Now I am on holiday so I can come here more often and enjoy doing this as a hobby,” she said. “And I get to learn the right way to bathe the dogs, especially those suffering from skin diseases.”

Her compassion helped her to overcome the revulsion she initially felt when caring for the ailing creatures. “There were some friends who couldn’t stay on long as volunteers because they just felt disgusted by the sick dogs,” she said.

For Ajeng, spending hours volunteering at the shelter is about more than just learning proper pet care, though these are skills she can use back home in caring for her two dogs and two cats.

“I am happy that I can at least do some good things and share my compassion for other living beings,” she said.

PPS head Diah Sulasmo Rizal said the volunteers gave the animals “a touch of love.”

“The animals need to not only be fed, they also need friendship and affection,” said Diah, who retired from a high-powered job in the oil and gas business a few years ago after about 30 years in the industry. Now she uses her time to concentrates on her passion: Caring for animals.

Eighteen-year-old Joyo, or Tyo as he is also known, started volunteering at the shelter two years ago, around the same time as Ajeng. He has been coming once a week and starts the day by helping to feed the dogs, clean their cages and groom them.

“I groom three to five dogs here and I end the day by giving them their afternoon meals,” he said, adding that he usually stays at the shelter until it closes at 3:00 p.m.

For Tyo, who also has his own dogs and cats at home, working at the shelter is “a labor of love.”

“I felt that I just had to do something to help these abandoned animals,” he said.

Volunteering has helped him learn how to work with dogs’ individual quirks, something that comes in handy when caring for them, he said.

“I have also learned to control my emotions and to be more patient. It would be difficult to handle a dog if I couldn’t let go of frustrations,” he said.

Tyo said that he had asked his friends to join him and Ajeng at the shelter. “But it is difficult to find friends who want to do this continuously and sincerely,” he said. “Sometimes they just do this once and never come back.”

Apart from volunteering to care for the animals at PPS, both Tyo and Ajeng said they also tried to find people willing to adopt the disowned pets. Sometimes they even took the animals home temporarily while waiting for the right person to come along to adopt them.

The PPS was established in 1987 by Soeprapti Soeprapto, the wife of former Jakarta Governor R. Soeprapto. Diah began working at the institution as the head of operations in 2009. In May 2010, a year into the job, Soeprapti entrusted Diah with leading the shelter.

Diah also heads the Animal Lovers Association, or Himpunan Penyayang Binatang, and together with lawyers Todung Mulya Lubis and Shanti Shamdasani, as well as other animal rights groups, she has launched a campaign to demand legislation for the fair treatment of animals across the country.

The shelter had five regular volunteers and received some additional help from members of the Jakarta Animal Aid Network, an animal rights group, Diah said, adding that the volunteers had to abide by strict visiting hours.

“We can’t let the volunteers take the animals out of their cages without a staff member present, and we also have to prevent our neighborhood being disturbed by the dogs barking in the evening,” she said.

“What we really need from a volunteer is someone who understands our conditions and can cooperate with our caretakers in handling the animals.”

sumber : http://www.thejakartaglobe.com/lifeandtimes/for-the-dogs-volunteers-at-s-jakarta-animal-shelter-find-playtime-is-vital/460096


hmmm... teringat kembali akan cerita yang berkaitan dengan hidup saya. saya tidak tahu hal demikian dapat dikatakan hobi atau bukan. saya yakin banyak diantara kalian yang tidak menyukai hewan mamalia berkaki empat, khususnya anjing dan kucing. berbeda dengan saya, saya sangat menyukai kedua hewan tersebut.
rindu dengan kegiatan tersebut, dan rasanya perlu saya bagikan untuk dapat dibaca oleh anda sekalian, supaya bisa menjadi konsen yang lebih luas lagi. tak hanya orang tertentu saja.
sekitar dua tahun sudah saya menjadi volunteer di sebuah penampungan hewan. awal ajakan teman, lama kelamaan menjadi kecintaan tersendiri untuk saya pribadi. mengenal "mereka" lebih jauh menjadikan saya lama kelamaan mencintai mereka. tak peduli bagaimana latar belakang dahulu hewan-hewan tersebut, tak peduli juga bagaimana kondisi fisik mereka saat itu.
yang saya tahu adalah, saya datang untuk membagikan sedikit cinta yang saya punya untuk mereka. dalam hal ini konteksnya adalah hewan-hewan tersebut.
seringkali, manusia beranggapan bahwa berbagi hanya perlu untuk sesama kita manusia. namun tidak bagi saya pribadi, menurut saya, berbagi cinta adalah hak untuk semua makhluk hidup. tak terkecuali "mereka" para hewan yang ada di tempat penampungan.
panjang mungkin ceritanya, bagaimana bisa profil saya dapat dimuat disuatu surat kabar. bukan bermaksud pamer, namun saya berbagi hal ini supaya pesan dan hal penting dari tempat penampungan tersebut dapat dibagikan juga ke masyarakat luas lainnya. sehingga suatu saat bisa saja yang prihatin akan hal ini semakin banyak. semakin banyak yang mau membagikan cintanya kepada hewan di tempat penampungan tersebut, mungkin akan semakin membuat keadaan mereka lebih baik lagi.
bayangkan, dari sekian banyak yang pernah saya dan dua kawan saya diatas ajak untuk menjadi volunteer, tetap saja yang bertahan hingga kini hanya kami bertiga. bahkan kini kami pun sudah semakin jarang bertamu kesana, akibat dari ritme orang kuliah yang belum bisa kami sesuaikan secara instan.
sulit memang mencari orang yang benar-benar mau dengan ikhlas membagikan cintanya untuk hal tersebut diatas. saya sangat rindu jujur kan kegiatan tersebut, rindu berbagi cinta dengan mereka.
tak perlu membawakan makanan yang enak-enak, hanya dengan mengajaknya bermain, memandikannya, memberikannya perhatian lebih, hewan tersebut sudah merasakan senang yang luar biasa.
berbagai macam latar belakang hewan disana, bahkan kadang ketika saya tahu ceritanya, saya sampai harus meneteskan air mata. karena entah mengapa, hal-hal yang menyangkut mereka menjadi sangat sensitif buat saya.
menjadi profil muda yang masih mau meluangkan waktu dari sekian banyak kegiatan katanya. ya, itulah yang saya dan dua orang rekan saya lakukan. tidak banyak yang kami sumbangkan, hanya perhatian saja yang kami berikan.
bukankan Tuhan menciptakan mereka bukan untuk disia-siakan juga? justru Tuhan menciptakan mereka untuk juga berbagi dengan kita dan untuk diberikan kasih sayang yang sama juga.
apapun yang orang katakan, saya tetaplah orang yang mau konsen dengan hal-hal tersebut. tidak peduli apabila orang berkata yang tidak-tidak tentang hal tersebut. mulailah berbagi juga dengan mereka kawan, karena biar bagaimanapun mereka juga ciptaan-Nya. bukan bermaksud mendikte, hanya mau berbagi cerita saja kepada pembaca semua. bahwa ternyata diluar sana masih ada juga yang lebih membutuhkan cinta :)


Aku Tau Kamu Tau

Aku tau kamu tau
setiap kali hawa itu merasuk
dan aku hanya terdiam
bisu dalam kesunyian

Aku tau kamu tau
ketika aku merajuk
dan kau berkata lembut dalam hati
hanya itu yang terpampang

Aku tau kamu tau
bahwa aku bukanlah sesuatu
pilihan dalam genggam mu
mulutmu bak racun

Aku tau kamu tau
tiap kali aku meneteskan air itu
aku diam
tanpa hembus

Aku tau kamu tau
tiap kali aku menjerit
melihat hal itu
membentuk lubang besar dihatiku

Aku tau kamu tau
kamu yang selalu tau
namun kamu tidak pernah tau
itu cinta

itukah cinta?
sekejap saja terasa titik jarumnya
itukah cinta?
sekejap saja, aku mati

Aku tau
Kamu selalu tau
itu cinta

Tak Sadarkah Kita, Betapa Banyak Yang Terbuang Sia-Sia

EDUKASI

Dokumen Riset FP Universitas Gorontalo Hilang

Selasa, 04 Oktober 2011 12:34:12 WIB | Kategori: Info Universitas | Telah dibaca 48 kali

Komhukum (Gorontalo) - Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo (UMG) kehilangan ratusan dokumen riset penting pasca tawuran mahasiswa yang mengakibatkan gedung laboratorium fakultas ludes terbakar karena lemparan bom molotov.

Pembantu Dekan III Fakultas Pertanian Fahria Datau mengungkapkan, banyak hasil riset penting untuk pengembangan Provinsi Gorontalo tidak bisa diselamatkan karena api melalap gedung itu dengan cepat.

"Berbagai dokumen Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), tesis, disertasi bahkan skripsi mahasiswa, tak bisa diselamatkan," katanya.

Tidak hanya itu, akibat bentrok antara mahasiswa Fakultas Teknik dan Fakultas Pertanian itu, Fakultas Pertanian harus kehilangan berbagai aset laboratorium yang nilainya diprediksi mencapai miliaran rupiah.

"Sekitar sebelas mahasiswa yang terluka baik ringan maupun serius, yang harus dirawat di rumah sakit," terangnya.

Terkait peristiwa itu, dirinya berharap agar pelaku pembakaran gedung laboratorium serta dalang maupun aktor kerusuhan segera dipidanakan.

Tawuran itu dipicu oleh aksi pemukulan yang dilakukan oleh sekelompok mahasiswa Fakultas Teknik terhadap mahasiswa Fakultas Pertanian, pada Sabtu (1/10).

Aksi subuh berdarah itu terjadi ketika sekelompok mahasiwa Fakultas Pertanian sedang tidur di Sekretariat Himpunan Mahasiswa Jurusan Agroteknologi, empat orang terluka akibat kejadian itu.

Informasi yang dihimpun menyebutkan bawha salah seorang di antaranya, didiagnosa mengalami pendarahan otak akibat pukulan benda keras di bagian kepalanya. Mahasiswa Jurusan Agriteknik yang bernama Hendris Habu itu, diseret oleh sekelompok mahasiswa teknik kemudian dikeroyok beramai-ramai. (K-2)

Sumber : http://m.komhukum.com/detaile.php?id=670



hey kawan, dari artikel diatas tidakah kita tersadar. bahwa apa yang telah terjadi itu, bukanlah sesuatu yang perlu dibanggakan. sebagai sesama mahasiswa, jujur saya sangat prihatin melihat hal tersebut. bukankah seharusnya kampus dimana tempat kita menuntut ilmu, dijaga dengan baik oleh mahasiswanya? bukan malah dirusak sedmikan rupa hanya karena persoalan pihak-pihak tertentu.
saya merasa prihatin juga, karena saya merasa bahwa tindakan tersebut sama sekali tidak mencerminkan tindakan seorang mahasiswa. layaknya panggilan saya dan mereka yang merupakan pelaku kerusuhan tersebut adalah mahasiswa, seharusnya kita bisa bertindak sesuai dengan nama kita yang adalah mahasiswa. ya, mahasiswa, sebagaian orang mengatakan bahwa mahasiswa adalah kau intelek, yang mengerti dan paham berbagai macam ilmu. memiliki akhlak yang baik pula katanya, namun apakah tindakan diatas mencerminkan sikap seorang mahasiswa?
saya setuju untuk mengatakan tidak. tindakan diatas lebih tepat disebut tindakan seorang preman kampungan, yang hanya bisa unjuk otot tanpa otak. terlintas dibenak saya, apakah mereka yang katanya juga kaum mahasiswa tidak bisa menyelesaikan masalah dengan kepala dingin. supaya nantinya bisa terjadi kesepakatan dan mufakat bersama, tidak sampai harus merusak kampus tempat mereka menimba ilmu.
namun yang terjadi justru sebaliknya, apakah yang tersisa jika demikian? hanya kerusakan yang ditanggung, juga hukuman penjara yang menunggu. bahkan dari berita diatas kita juga tahu bahwa begitu banyak arsip penelitian penting yang hilang begitu saja, hanya karena tindakan bodoh yang dilakukan beberapa oknum tersebut.
hey, kawan, tidak seharusnya kita bersikap demikian. saya yakin dan percaya bahwa banyak dari antara kalian yang setuju dengan hal tersebut. biasakanlah menyelesaikan masalah dengan baik dan bijak, cerminkanlah bahwa kita benar-benar mahasiswa. bukan hanya nama dan gelar saja yang kita pamerkan, namun sikap kita juga harus mencerminkan status kita yang sebagai mahasiswa. jangan sampai kejadian demikian terulang kembali :)